Siang hari 18 Maret 2015 yang lalu, setelah pewacanaan
yang sudah cukup lama, akhirnya dapat terealisasi juga. Terima kasih kepada seorang sahabat kami cak Adit di Jogja yang telah menyempatkan diri untuk bersilahturahmi sekaligus
menandatangankan salah satu jersey koleksi kami, jersey Persebaya yang pernah
dikenakan Aulia Ardli ketika melawan tim dari English Premier League, Queens
Park Ranger, di stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, 23 Juli 2012. Pada
pertandingan tersebut Aulia Ardli masuk lapangan menggantikan Mario Karlovic di
menit 83' dan masih cukup jelas terdeteksi bekas noda permainan pada
jersey tersebut (meskipun telah dicuci). Sebuah koleksi yang menarik.
Cak Adit bersama Aulia Ardli
Di Mes Persiba Bantul (team yang dibelanya sekarang), Aulia Ardli dengan ramah menyambut, dan sempat bertanya bagaimana proses
mendapatkan jersey tersebut, yang lantas dijawab singkat oleh cak Adit bahwa
ada sebuah komunitas di Surabaya bernama SJC yang memiliki beberapa koleksi jersey
(khususnya) Persebaya. Cak Aulia pun masih ingat betul bahwa seusai pertandingan ia
memang memberikan jersey yang dikenakannya kepada kawan suporter yang entah
bagaimana prosesnya akhirnya bisa menjadi inventaris kami sekarang.
Perjumpaan
siang itu berlangsung singkat, Aulia Ardli yang akan melakoni laga uji coba
pada sore harinya membubuhkan tanda tangannya dan menyempatkan diri berfoto
bersama cak Adit sebelum melanjutkan istirahat siangnya.
Makin bernilailah satu
koleksi kami setelah 'dilegalisir' secara langsung oleh sang empunya. Semoga
sukses selalu cak Aulia Ardli, salam dari kami kawan-kawan Surabaya Jersey
Community! #SjcWaniMetu
Beberapa cuplikan pada saat Aulia Ardli bermain melawan QPR
Persebaya saat menjuarai Liga Kansas musim 1996/97
Musim 1996/97 menjadi musim yang selayaknya tak akan pernah dilupakan para suporter Persebaya, dimana pada musim tersebut (Liga KANSAS), Persebaya menjadi juara setelah mengalahkan Bandung Raya dengan sor 3-1. Dari tiga lesakan gol tersebut mencuat, yaitu Jacksen F. Tiago #18 (dua gol) dan Reinold Pieterz #7.
Kami, melalui usaha pencarian yang terbilang cukup luar biasa, mampu turut melestarikan warisan Persebaya yang sangat bernilai, yaitu jersey KANSAS Persebaya 1996/97 bernomor #13 (siapa pemilik nomer tersebut masih dalam proses pencarian data). SJC, dalam dua kesempatan yang terpisah juga berhasil menemui secara langsung dua legenda pencetak gol di final tersebut, om Jacksen dan om Reinold.
Yudha&Said (SJC) bersama om Jacksen
Pada kesempatan pertama di pertengahan 2014 apabila kami tidak salah mengingat, perjumpaan singkat terjadi dengan om Jacksen dimana beliau sempat membubuhkan tanda tangan pada koleksi kami dan juga sedikit berbincang tentang bagaimana asal muasal kami mendapatkan jersey tersebut. Tentunya masih lekat di ingatan kita bagaimana kedigdayaan Jacksen F Tiago dalam mencetak gol-golnya hingga mencapai tahap juara pada saat itu. Ia pula merupakan top scorer Liga KANSAS dan merupakan salah satu striker tersubur dan paling ditakuti dalam sejarah di Liga Indonesia sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 (Setelah Penyatuan Perserikatan dan Galatama).
Pada Kesempatan berikutnya, tepatnya tertanggal 8 Maret 2015 lalu, kami menjumpai om Reinold Pietersz. Kali ini kami berbincang cukup panjang dan tak kurang dari 30 menit kami bercengkerama mengenang kembali era kejayaan yang pernah dirasakannya dan pun pernah kami saksikan. Kami sempat mencatat sejenak perbincangan hangat tersebut, sbb:
Om Reinold menandatangani jersey KANSAS | Barry & Yudha (SJC) bersama Reinold Pietersz
SJC:Bagaimana rasanya menjadi bagian dalam skuad juara Persebaya 1996/97?
RP#7: Jangankan masuk tim utama Persebaya, ikut seleksi saja saya sudah bangga bukan main, apalagi bisa bermain di tim utama dan turut mencetak gol di final untuk membawa Persebaya juara waktu itu.
SJC: Masih ingat dimana sekarang jersey Kansas om Reinold?
RP#7: Saya sudah tidak pegang jersey itu lagi. Saya ingat seorang keluarga di Maluku sana memintanya untuk disimpan. Saya memang selalu kasih aja kalau ada keluarga atau kawan yang minta jersey saya. Saya lebih suka menyimpan foto-foto semasa saya bermain sebagai kenangan.
SJC:Apa tanggapan om Reinold terhadap kondisi Persebaya sekarang?
RP#7:Sudah lihat kondisi mes sekarang?! memprihatinkan, piala-piala masih terpajang tapi sekarang kondisi Persebaya seperti ini.
SJC: Pertandingan apa yang paling menakutkan?
RP#7: Pertandingan away melawan PSM Makassar. Ketika itu nyawa taruhannya, para suporternya sudah berjubel sampai masuk ke sekitar pinggir garis lapangan. Waktu itu saya setelah melakukan sliding atau terjatuh hingga ke pinggir lapangan, langsung bergegas bangun, karena sudah sangat dekat jaraknya dengan supoter yang tak henti melakukan teror. Sama halnya dengan sewaktu di Malang (melawan Arema) dimana kami masuk ke lapangan menggunakan mobil baja milik polisi, begitu pula saat keluar. Tapi justru itulah yang mengasah mental juara kami.
SJC: Siapa Rekan di Persebaya yang paling anda kagumi?
RP#7: Jacksen tentunya, kami masih kontak bahkan hingga sekarang. Visi permainan kami sudah seperti menyatu, bahkan mungkin lebih dari 50% gol dia itu saya yang kasih umpan. Kadang saya tidak perlu lihat, saya sudah tau dimana posisi Jacksen berada. Oleh karena itu sering saya tekankan ke pemain muda yang saya latih, sepakbola selain teknik juga perlu feeling, perlu perasaan dalam bermain. Dan visi bermain, kekompakan tim akan terbangun apabila kita kompak di dalam maupun luar lapangan.
Beberapa pertanyaan terakhir kepada om Reinold kami rangkum dalam format video. Bertepatan pula dengan peringatan 3 tahun tragedi Lamongan 2012 yang jatuh pada tanggal 10 Maret, kami SJC turut mendedikasikan video ini untuk kawan-kawan yang menjadi korban. Salam Satu Nyali, Dulur!! -SJC-
Beberapa waktu lalu, tidak begitu ingat kapan tepatnya, dulur-dulur SJC bersilahturahmi ke para legenda Persebaya bertepatan dengan kegiatan futsal rutin mereka. Kami membawa jersey away legendaris era Liga Perserikatan (antara musim 1990-1993). Beruntung kami bertemu dengan 3 orang pesepakbola legendaris Surabaya, diantaranya om Maura Helly, cak Agus Salim, dan cak Zainal Suripto. Dengan ramah beliau-beliau menandatangani bahkan cukup terkejut bagaimana kami masih bisa mendapatkan salah satu jersey iconic yang pernah mereka kenakan dan kami percayai sebagai jersey matchworn milik cak Agus Salim. Berikut galeri foto ramah tamah kami dengan mereka:
Cak Agus Salim membubuhan tanda tangannya | Cak Yudha (SJC) berfoto bersama
Om Maura Helly membubuhan tanda tangannya | Cak Bajoel (SJC) berfoto bersama
Adik Mardina Irawan. Nama yang mungkin masih asing di telinga para pecinta sepakbola tanah air. Tidak mengherankan, dikarenakan ia hanya seorang anak muda asal Surabaya yang mencintai sepakbola, tanpa pengalaman tanding bertaraf nasional, apalagi Internasional.
Ia merupakan salah seorang bekas murid sekolah sepak bola El Faza milik legenda Persebaya, Mat Halil. Seringkali ia hanya terlibat dalam pertandingan sepakbola antar kampung (tarkam) di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Tidak ada yang istimewa.
Namun siapa sangka, dari ketekunannya berlatih sepak bola dan kecintaannya terhadap permainan ini, mampu membawanya menembus lolos seleksi yang diadakan oleh Rumah Cemara untuk mewakili Indonesia berkompetisi di Homeless World Cup 2012 di Mexico City. Sebuah kejuaraan street soccer bertaraf International untuk warga miskin kota, mantan pecandu narkoba, OHDA, dan kaum marjinal lainnya secara general.
Timnas Indonesia yang berlaga di Homeless World Cup 2012, Mexico City.
Lebih luar biasanya, pemuda kelahiran 1991 yang akrab dipanggil Wawan ini memperoleh kehormatan untuk menyandang jersey dengan nomer punggung 10, yang sering disebut sebagai nomer "keramat" dalam sepakbola. Sangat pantas mengingat skill dan visi permainannya memang bisa dikatakan diatas rata-rata pemain seusianya. Wawan pantas berbangga bahwa ia mampu mengharumkan nama Indonesia melalui sepak bola sebagai atribut perjuangan kaum marjinal hingga mampu menyabet peringkat ke-4 pada kejuaraan tersebut. Sebuah prestasi istimewa dan belum bisa disamai oleh timnas Indonesia di HWC tahun-tahun sebelum dan sesudahnya.
Irawan saat menandatangani jersey HWC 2012 miliknya
Begitu pula dengan SJC yang pantas berbangga untuk mendapat kehormatan mengoleksi jersey matchworn miliknya (juga telah ditandatangani) yang dipakai selama berlaga di Homeless World Cup 2012, Mexico City.
Benar-benar merupakan memorabilia bersejarah. Matursuwun cak Wawan! Anda luar biasa! -SJC-
Perjumpaan dengan seorang legenda merupakan sebuah
kehormatan dan selalu memiliki kesan tersendiri. Begitu pula yang kami alami
tertanggal 9 November 2014 ketika kami bertemu dengan seorang legenda sepakbola Surabaya, pemain
terloyal sepanjang sejarah Persebaya (2 tahun di tim junior dan 14 tahun di tim
senior), dialah Mat Halil. Sosok sederhana yang telah memberikan segalanya bagi
Persebaya, tim kebanggaan kami, arek Suroboyo. Membawa Persebaya menjuarai Divisi 1 (kini Divisi Utama) 2003 dan 2006, Juara Divisi Utama (kini ISL) 2004 dan banyak prestasi lainnya yang masih lekat di memori kami. Dua kali Persebaya terdegradasi dan dua kali pula beliau bertahan ketika banyak pemain bintang Persebaya lainnya memutuskan hengkang.
Dengan perawakan tenang beliau melayani permintaan tanda
tangan dan foto bersama ditengah kesibukannya melatih sekolah sepakbolanya, El
Faza. Hari itu kami membawa beberapa jersey matchworn Persebaya, dan salah satu
yang paling istimewa ialah jersey Divisi 1 musim 2006 ketika Persebaya akhirnya juara di akhir kompetisi dan kembali ke strata tertinggi Liga Indonesia. Jersey matchworn bernomor punggung 2 yang kami dapatkan melalui pencarian yang luar biasa. Sepadan rasanya ketika jersey tersebut telah "dilegalisir" langsung oleh sang empunya :)
Abah Halil juga masih ingat betul satu per-satu jersey yang kami bawa
dan dipakai di kompetisi apa saja jersey-jersey tersebut. Singkat cerita inilah perjumpaan pertama kami dengan sang legenda, Mat Halil!. Sebuah pengalaman yang luar biasa! -SJC-
Yudha & Barry (SJC), bersama Mat Halil, 09/10/2014.
SJC Kick-Off merupakan eksebisi kecil-kecilan dimana kami
berpartisipasi di Sunday Market Surabaya Town Square vol.08 tertanggal 20-21
Desember 2014 lalu dengan open booth berformat jual-beli dan eksebisi.
Tujuan
dari event ini sendiri merupakan sebuah “pembuka jalan” bagi pergerakan dan
event SJC selanjutnya. Terima kasih bagi kawan-kawan yang telah menyempatkan untuk berkunjung, Komunitas Jersey Malang, kawan kolektor Milanisti, JCI dan PJKWL Bojonegoro yang telah memberi dukungan apreasiasi terhadap apa yang kami lakukan.
Besar harapan kami bahwa dikemudian hari, kami dapat
mengadakan event dengan skala yang jauh lebih besar. Namun untuk langkah awal,
SJC Kick-Off tidak mengecewakan sama sekali! -SJC-
We didn't buy shirts, We buy history!
@Anazrifai23
Bersama Marcio Souza Da Silva
Bersama Gomes De Oliveira
Kawan-kawan kolektor Milanisti
Kawan-kawan JCI Bojonegoro
Penutupan yang manis Sunday Market vol.08 by Monita Tahalea
Pada akhir Desember 2014 lalu SJCmemiliki sebuah agenda eksebisi kecil-kecilan
bertajuk SJC Kick-OFF (yang akan kami bahas di artikel selanjutnya). Sebelum
acara tersebut terselenggara, kami melakukan sosialisasi event dan komunitas di
Car Free Day Jalan Darmo Surabaya -yang terletak di kawasan Taman Bungkul yang
konon legendaris itu ;)- tertanggal 7 dan 14 Desember 2014.
Tujuannya sederhana, kami berusaha menggali seberapa besar
minat arek-arek Suroboyo terhadap jersey, sekalian kumpul-kumpul dan berpromosi.
Menarik ternyata cukup bervariasialasan
seseorang memiliki maupun memakai jersey. Kami dapati berbagai macam
dokumentasi dan testimoni, semuanya unik dan menarik. Selebihnya, biarkan dokumentasi
yang akan berbicara. -SJC-