Tuesday, January 10, 2017

Jersey 3.0 - Pemikiran Generasi Terbaru SJC


Jersey. Merupakan salah satu hal terpenting dalam dunia sepakbola. Secara fungsional, jersey tim digunakan untuk membedakan warna antara kedua kesebelasan yang bertanding agar mudah untuk dikenali. Setiap tim yang bertanding wajib menggunakan jersey tim yang seragam dan berbeda warnanya dengan tim lawan. Seiring dengan berkembangnya zaman, jersey tim sepak bola tidak hanya digunakan untuk membedakan identitas para pemain, lebih jauh juga menjadi sebuah identitas bagi supporter tim sepakbola. Hal ini membuat para vendor berlomba-lomba memproduksi secara massal jersey tim sepakbola untuk dipasarkan kepada para supporter. Tidak hanya dipakai ketika menonton tim yang mereka dukung bertanding, para supporter ini juga dengan bangga mengenakan jersey tim kesayangannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka seolah merasa memiliki ikatan emosinal yang kuat ketika mengenakannya. Faktor fanatisme yang mulanya menjadikan mereka seperti itu.

Namun, dengan didukung inovasi produk serta desain-desain yang menarik dari para vendor, para supporter ini semakin dimanjakan dengan produk yang ditawarkan kepada mereka. Ditambah dengan faktor fanatisme tadi, jadilah para supporter ini mempunyai hobi baru yakni mengoleksi jersey sepak bola. Tidak hanya jersey tim favoritnya, mereka terkadang juga mengoleksi jersey tim lain yang menurut mereka bagus serta memiliki value yang lebih, seperti dirilisnya jersey dengan edisi-edisi khusus yang semakin menambah daya jual jersey bola tersebut. Keterikatan mereka dengan jersey dalam tahap ini tidak hanya didukung karena fanatisme tim favoritnya semata, tapi lebih jauh mereka telah terikat dengan value dari jersey itu sendiri. Tidak heran jika banyak bermunculan para kolektor-kolektor jersey yang semakin hari semakin banyak jumlahnya. Hal ini dipermudah dengan semakin mudahnya akses dalam mendapatkan barang-barang incaran mereka melalui website-website jual beli. Para pelaku bisnis pun sadar, mereka tidak bisa hanya mengandalkan fanatisme untuk mendongkrak penjualan mereka. Mereka harus memikirkan betul bagaimana desain yang menarik, teknologi baru dari sebuah jersey, serta cara menjualnya. Mereka pun mulai mempertimbangkan hubungan mereka dengan para customer mereka. Pola interaksinya menjadi sedikit berubah walaupun secara konsep masih merupakan interaksi vertikal.

Namun dengan semakin berkembangnya kebutuhan customer, muncul keinginan mereka untuk mempunyai wadah tertentu yang mengakomodir hobi tersebut. Banyak dari mereka kemudian membentuk komunitas-komunitas yang memiliki passion yang sama dibidang jersey. Mereka membentuk suatu perkumpulan yang akhirnya dari sana mereka memiliki bargaining power yang besar pula terhadap kebijakan-kebijakan vendor. Para vendor pun menyadari hal tersebut. Mereka mau “turun kebawah” mendengarkan keinginan para customer. Pola interaksi yang dibangun menjadi semakin horizontal. Baik para vendor maupun para customer memiliki kedudukan yang sama. Perusahaan tidak bisa hanya berfokus terhadap produknya, pun tidak bisa menganggap pembeli adalah raja. Mereka berjalan bersama-sama sehingga menciptakan pola interaksi yang ideal bagi kedua belah pihak. Akhirnya keinginan untuk berkumpul dengan komunitas menjadi suatu kebutuhan bagi para kolektor jersey. Dalam fase ini, mereka tidak hanya terikat secara value dari jersey itu sendiri, tapi sudah menyentuh sisi spiritual mereka. Karena jersey dan komunitas telah menyentuh sisi spiritual mereka, banyak dari komunitas ini yang akhirnya menjadi teman, sahabat, bahkan seperti saudara sendiri. Barangkali, semboyan awal Surabaya Jersey Community yang berbunyi “Teko Jersey Dadi Seduluran” (Dari Jersey Menjadi Saudara) berasal dari sebuah fenomena tersebut dan hal itu memang benar adanya.

Lebih jauh, saya akan membagi 3 fase diatas menjadi sebuah konsep baru yang saya beri nama Jersey 3.0. Penamaan konsep ini terinspirasi dari buka bapak marketing dunia Phillip Kotler yang berjudul Marketing 3.0. Perubahan yang terjadi didunia marketing, fasenya juga tidak jauh berbeda dengan fase fungsionalitas jersey hingga sekarang ini. Perubahan yang paling menonjol adalah para pelanggan yang menjadi semakin menonjol sifat kemanusiawiannya (more human) yang diindikasikan dengan semakin kuatnya hubungan antar kolektor maupun dengan vendor. Perubahan lain yang terjadi adalah pemasaran menjadi semakin horizontal karena merebaknya Internet, khususnya dengan hadirnya berbagai jaringan sosial (social networks), serta banyak berkembangnya komunitas-komunitas ditiap daerah yang pada gilirannya menjadikan semuanya dan segalanya menjadi sama. Vendor dan pelanggan tidak lagi memiliki hubungan yang bersifat vertikal, namun kini telah menjadi horizontal.

Untuk lebih memudahkan, saya membuat tabel perkembangan di dunia jersey yang menurut saya dapat diklasifikasikan menjadi 3 periode:


Jersey 1.0
Jersey 2.0
Jersey 3.0
Objective
Equipping a team
Sell and Buy (Kolektor)
Jersey as a unifier
Proponent Factor/Faktor pendukung
Whole seller store
Information Technology
Growth Community
Functional/Value Proportion
Functional
Functional & Emotional
Functional, Emotional & Spiritual


Sekilas Tentang Kontributor:

Artikel ini merupakan bentuk partisipasi dari seorang member SJC, Zainul Musthofa. Penulis merupakan seorang kolektor jersey dengan berbagai genre. Kontributor juga masih aktif berstatus sebagai mahasiswa jurusan management di Universitas Airlangga Surabaya dan sempat pula menjabat sebagai Presiden BEM. Merupakan salah satu penggagas Jerseypedia, konsep yang digunakan sebagai teori pijakan awal Surabaya Jersey Community dalam mendefinisikan peran jersey di berbagai kalangan. SJC banyak berkorespondensi dengan penulis baik sebelum maupun sesudah Blog ini dipublikasikan. Kami mengucapkan terima kasih atas sumbangsih anda dalam Blog ini.