Thursday, September 28, 2017

"Lima Tahun SJC : Euforia sesungguhnya dari sebuah komunitas"

Ulang tahun SJC telah selesai kita rayakan 20 Agustus lalu, dengan sisa euforia perayaannya yang masih terasa. Dan selalu menjadi cerita bagi kami untuk mengenang singkat dan membagikannya kepada teman-teman lainnya sesama pecinta jersey bola.
Skuad SJC bersama tim tuan rumah Ababil F.C

Jika dilihat dari definisi kata “euforia” sesuai dengan judul yang kami tulis diatas, maka 5 alasan dibawah ini sungguh sangat mewakili kenapa kami menganggap perayaan #limatahunSJC itu sebagai perayaan yang meriah, guyub dan nyaman bagi yang mengikutinya serta pantas jika ada yang menceritakannya secara berlebihan, karena memang sepanjang acara tersebut, penuh dengan euforia dan kegembiraan. Berikut 5 alasan berikut :

1. Perayaan #limatahunSJC di Blitar ini merupakan angjangsana kelima buat kami, setelah 2015 kita ke Bandung, 2016 Ke Malang 2 kali, dan awal 2017 kemarin kita beranjangsana ke Solo plus lanjut ke Jogja untuk berwisata. Kelima kalinya ini terasa special karena dulu ‘campaign’ SJC Angjangsana tercipta spontan dari antusias para dulur SJC untuk bersilaturahmi dengan komunitas dari kota lain, yang sampai sekarang pun dirasa sebagai campaign SJC yang selalu favorit dan paling ditunggu.
Salah satu member SJC (Toni S) memberikan cindera mata untuk tuan rumah Ababil F.C

Friday, August 18, 2017

Gledug Blitar, SJC tak gentar

Berbekal informasi yang kita dapat dari media sosial, liputan di televisi, youtube dan browsing google seadanya, kami berempat dari SJC Toni, Agus, Kris, dan Yudha memberanikan diri berangkat dan mencari tahu tentang lapangan bola yang sedang viral di beritakan akhir ini, lapangan Desa Gledug, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Dengan perkiraan waktu tempuh perjalanan kurang lebih tiga setengah jam, kami berangkat jam delapan malam tatkala lengang kondisi jalan di malam hari, dan akhirnya kami berempat sampai di Blitar langsung beristirahat hampir pas tengah malam.

Harapan kami ketika senja datang semakin membuncah, segera dan tergesah-gesah ingin meluncur langsung ke desa Gledug tersebut. Lima belas menit kami menempuh perjalanan ke arah utara sekitar 8 kilometer dari alun-alun kota Blitar, dengan sedikit bertanya sana sini ke penduduk sekitar, sampailah kami di lokasi yang kami dan mungkin para gibol, pemain bola amatir seperti kami idamkan untuk bermain bola disana.

Monday, August 7, 2017

"Masih" Mengedukasi Nilai Lebih Jersey Di #LimaTahunSJC

SJC di harian SINDO tepat setahun lalu, 7 Agustus 2016

Yok opo kabare lur !!, lama kami tak update artikel-artikel di blog ini, di karenakan kesibukan kegiatan komunitas kami sepanjang tahun ini di sertai mbonek sesekali, berikut ada sedikit cerita "flashback" kembali ke tahun lalu, secuil cerita mengenai progress komunitas kami saat itu. 

Bagi kami komunitas jersey yang terbentuk dengan pola kultur "grass root". Berusaha, bersumbangsih hingga "mejeng", terpampang di surat kabar, merupakan hal yang sungguh membuat kita "nggumun" (baca ndeso) selain tentunya mencerminkan rasa puas dari proses panjang yang kita lalui untuk meraihnya.

Dan tepat setahun lalu di sebuah surat kabar ibukota, tepatnya harian SINDO bertanggal 7 Agustus 2016, kalau tidak salah hari minggu koran tersebut terbit, artikel mengenai kami tertulis. Berbeda dari tulisan yang membahas mengenai kami di koran sebelumnya. Kali ini, kesan pertama mulai dari judul yang tercetak jelas, hingga cerita didalamnya seolah mewakili tidak hanya apa yang kami di Surabaya Sendiri rasakan. Kami menganggap artikel ini juga membuncahkan apa yang dulur dulur pencinta, komunitas jersey dari kota lain harap dan terus upayakan. Yaitu selalu "MENGEDUKASI NILAI LEBIH JERSEY". Baik di Malang, Jakarta, Bandung, Semarang, Solo dan kota-kota lainnya. Kami yakin para penggiat jersey bola dan komunitas jersey serupa juga menggali, berembug, dengan ide-ide, dan aspek yang beragam mulai dari "Quality" kualitas, sejarah bola itu sendiri, hingga "Value", nilai apa yang bisa kita dapat setelah melalui tahap-tahap tersebut.

Monday, May 1, 2017

#WaniMandiriBersinergi


#WaniMandiriBersinergi

Setelah berhasil menyampaikan 'campaign' kami '#WaniMetu' yang juga merupakan 'kerangka ( mainframe )' kegiatan kami ,dengan berbagai macam proses dan progress yang membentuk kedewasaan komunitas ini, mulai 2 tahun lalu hingga sekarang. Banyak momen yang terjadi dalam kurun rentang waktu tersebut, baik dalam hal persepakbolaan hingga tentunya perkembangan jersey bola di Surabaya. Untuk itu kami ingin sedikit lebih menyesuaikan atau 'mengupdate' campaign kali ini agar berjalan beriring dengan perubahan, perkembangan tersebut.

Terhitung mulai mei 2017 ini kami mensosialisasikan campaign terbaru kami yaitu "Wani, Mandiri dan Bersinergi", Mainframe yang akan menjadi acuan kami kedepan dalam berkegiatan, hingga berinteraksi dengan komunitas, organisasi lainnya baik dari surabaya maupun luar surabaya. Terdiri dari 3 kata "Wani","Mandiri" dan "Bersinergi", disini yang ingin kami sampaikan ialah bahwa 3 kata tersebut merupakan 'refleksi' dari komunitas yang kami dirikan sejak 2012 ini.

Kata 'Wani' ( berarti 'Berani' ) kami pilih karena merupakan kata yang paling pas untuk merepresentasikan kami sebagai komunitas yang berasal dari kota Surabaya, sekaligus merupakan nama awal dari komunitas ini. Yang kedepannya akan selalu berani dalam melakukan kegiatan apapun terutama kegiatan yang berguna bagi kepentingan sesama.

Berikutnya 'Mandiri' yang berkorelasi dengan nama tengah komunitas ini yaitu 'Jersey'. Yaitu bahwa dari, oleh dan dengan jersey, khususnya jersey bola komunitas ini bisa menjadi 'Mandiri' seperti sekarang ini, lebih dikenal dan mampu menjadi pelopor di khalayak pencinta, penggiat jersey bola dan memorabilia di Indonesia.

Terakhir kata 'Bersinergi' ,menggambarkan bahwa yang kita harapkan disini kedepannya komunitas ini mampu 'Menyinergikan' atau 'Bersinergi' dengan 'Community' ( komunitas ) atau organisasi apapun dari segala bidang profesi,sehingga tercipta kegiatan kegiatan yang berguna bagi masyarakat.Dan hal itu sudah kita tunjukkan dalam kegiatan kami di awal tahun 2017 ini yaitu WANI MANDIRI BERSINERGI DONOR DARAH SJC 2017.

Kedepannya kami ingin komunitas ini maju dengan segala kesederhanaannya dengan jersey bola sebagai instrumen pemersatu dan perekatnya. Dan tercapai pula cita cita kami sebagai komunitas yang memiliki peran, fungsi dalam hal sepakbola, edukasi dan surabaya !.

Akan banyak agenda kami kedepan, dan oleh karena itu selalu ikuti perkembangangannya via notifikasi e-mail dengan cara subscribe artikel kami di bagian kanan bawah halaman Blog SJC (khusus desktop version). Setiap artikel baru dari kami akan secara langsung diinformasikan ke alamat email dulur-dulur sekalian yang telah mendaftarkan alamat e-mailnya.

Matursuwun dulur, Salam Silahturahmi,Salam Seduluran !

-SJC-

Tuesday, January 10, 2017

Jersey 3.0 - Pemikiran Generasi Terbaru SJC


Jersey. Merupakan salah satu hal terpenting dalam dunia sepakbola. Secara fungsional, jersey tim digunakan untuk membedakan warna antara kedua kesebelasan yang bertanding agar mudah untuk dikenali. Setiap tim yang bertanding wajib menggunakan jersey tim yang seragam dan berbeda warnanya dengan tim lawan. Seiring dengan berkembangnya zaman, jersey tim sepak bola tidak hanya digunakan untuk membedakan identitas para pemain, lebih jauh juga menjadi sebuah identitas bagi supporter tim sepakbola. Hal ini membuat para vendor berlomba-lomba memproduksi secara massal jersey tim sepakbola untuk dipasarkan kepada para supporter. Tidak hanya dipakai ketika menonton tim yang mereka dukung bertanding, para supporter ini juga dengan bangga mengenakan jersey tim kesayangannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka seolah merasa memiliki ikatan emosinal yang kuat ketika mengenakannya. Faktor fanatisme yang mulanya menjadikan mereka seperti itu.

Namun, dengan didukung inovasi produk serta desain-desain yang menarik dari para vendor, para supporter ini semakin dimanjakan dengan produk yang ditawarkan kepada mereka. Ditambah dengan faktor fanatisme tadi, jadilah para supporter ini mempunyai hobi baru yakni mengoleksi jersey sepak bola. Tidak hanya jersey tim favoritnya, mereka terkadang juga mengoleksi jersey tim lain yang menurut mereka bagus serta memiliki value yang lebih, seperti dirilisnya jersey dengan edisi-edisi khusus yang semakin menambah daya jual jersey bola tersebut. Keterikatan mereka dengan jersey dalam tahap ini tidak hanya didukung karena fanatisme tim favoritnya semata, tapi lebih jauh mereka telah terikat dengan value dari jersey itu sendiri. Tidak heran jika banyak bermunculan para kolektor-kolektor jersey yang semakin hari semakin banyak jumlahnya. Hal ini dipermudah dengan semakin mudahnya akses dalam mendapatkan barang-barang incaran mereka melalui website-website jual beli. Para pelaku bisnis pun sadar, mereka tidak bisa hanya mengandalkan fanatisme untuk mendongkrak penjualan mereka. Mereka harus memikirkan betul bagaimana desain yang menarik, teknologi baru dari sebuah jersey, serta cara menjualnya. Mereka pun mulai mempertimbangkan hubungan mereka dengan para customer mereka. Pola interaksinya menjadi sedikit berubah walaupun secara konsep masih merupakan interaksi vertikal.

Namun dengan semakin berkembangnya kebutuhan customer, muncul keinginan mereka untuk mempunyai wadah tertentu yang mengakomodir hobi tersebut. Banyak dari mereka kemudian membentuk komunitas-komunitas yang memiliki passion yang sama dibidang jersey. Mereka membentuk suatu perkumpulan yang akhirnya dari sana mereka memiliki bargaining power yang besar pula terhadap kebijakan-kebijakan vendor. Para vendor pun menyadari hal tersebut. Mereka mau “turun kebawah” mendengarkan keinginan para customer. Pola interaksi yang dibangun menjadi semakin horizontal. Baik para vendor maupun para customer memiliki kedudukan yang sama. Perusahaan tidak bisa hanya berfokus terhadap produknya, pun tidak bisa menganggap pembeli adalah raja. Mereka berjalan bersama-sama sehingga menciptakan pola interaksi yang ideal bagi kedua belah pihak. Akhirnya keinginan untuk berkumpul dengan komunitas menjadi suatu kebutuhan bagi para kolektor jersey. Dalam fase ini, mereka tidak hanya terikat secara value dari jersey itu sendiri, tapi sudah menyentuh sisi spiritual mereka. Karena jersey dan komunitas telah menyentuh sisi spiritual mereka, banyak dari komunitas ini yang akhirnya menjadi teman, sahabat, bahkan seperti saudara sendiri. Barangkali, semboyan awal Surabaya Jersey Community yang berbunyi “Teko Jersey Dadi Seduluran” (Dari Jersey Menjadi Saudara) berasal dari sebuah fenomena tersebut dan hal itu memang benar adanya.

Lebih jauh, saya akan membagi 3 fase diatas menjadi sebuah konsep baru yang saya beri nama Jersey 3.0. Penamaan konsep ini terinspirasi dari buka bapak marketing dunia Phillip Kotler yang berjudul Marketing 3.0. Perubahan yang terjadi didunia marketing, fasenya juga tidak jauh berbeda dengan fase fungsionalitas jersey hingga sekarang ini. Perubahan yang paling menonjol adalah para pelanggan yang menjadi semakin menonjol sifat kemanusiawiannya (more human) yang diindikasikan dengan semakin kuatnya hubungan antar kolektor maupun dengan vendor. Perubahan lain yang terjadi adalah pemasaran menjadi semakin horizontal karena merebaknya Internet, khususnya dengan hadirnya berbagai jaringan sosial (social networks), serta banyak berkembangnya komunitas-komunitas ditiap daerah yang pada gilirannya menjadikan semuanya dan segalanya menjadi sama. Vendor dan pelanggan tidak lagi memiliki hubungan yang bersifat vertikal, namun kini telah menjadi horizontal.

Untuk lebih memudahkan, saya membuat tabel perkembangan di dunia jersey yang menurut saya dapat diklasifikasikan menjadi 3 periode:


Jersey 1.0
Jersey 2.0
Jersey 3.0
Objective
Equipping a team
Sell and Buy (Kolektor)
Jersey as a unifier
Proponent Factor/Faktor pendukung
Whole seller store
Information Technology
Growth Community
Functional/Value Proportion
Functional
Functional & Emotional
Functional, Emotional & Spiritual


Sekilas Tentang Kontributor:

Artikel ini merupakan bentuk partisipasi dari seorang member SJC, Zainul Musthofa. Penulis merupakan seorang kolektor jersey dengan berbagai genre. Kontributor juga masih aktif berstatus sebagai mahasiswa jurusan management di Universitas Airlangga Surabaya dan sempat pula menjabat sebagai Presiden BEM. Merupakan salah satu penggagas Jerseypedia, konsep yang digunakan sebagai teori pijakan awal Surabaya Jersey Community dalam mendefinisikan peran jersey di berbagai kalangan. SJC banyak berkorespondensi dengan penulis baik sebelum maupun sesudah Blog ini dipublikasikan. Kami mengucapkan terima kasih atas sumbangsih anda dalam Blog ini.

Saturday, December 31, 2016

Suroboyo 2nd Jersey Gathering 2016


Cafe Mart Point, Surabaya. Semalam akhirnya usai sudah rangkaian event Suroboyo 2nd Jersey Gathering 2016. Event yang digagas dan diselenggarakan oleh Surabaya Jersey Community dalam rangka mengakomodir dan memberi wadah berkumpul kepada para pecinta dan kolektor jersey dan memorabilia sepak bola terkhusus di Surabaya. Acara dimulai kisaran 17.30 dan berlanjut hingga usai pada 21.00 WIB. Tak kurang dari 40 pecinta dan kolektor memorabilia sepakbola khususnya jersey bercengkerama dan berbaur menjadi satu pada event kemarin. Beberapa pembicara perwakilan dari SJC seperti Surya Wijaya, Muhammad Agus Wijaya dan Zainul Musthofa (juga selaku pemandu acara) turut membeberkan materi dengan platform bedah jersey dan konsep-konsep jersey terkini. 

M. Agus Wijaya, sesi bedah jersey.
Surabaya Jersey Community seperti sebelumnya, selalu berusaha memberikan penyegaran-penyegaran dalam definisi koleksi memorabilia. Selain edukasi pemahaman dasar mengenai varian jersey, kami senantiasa berusaha menjadi pioner untuk lebih mengenalkan perkembangan terkini dalam bidang terkait. Setelah kami sempat membeberkan beberapa pemikiran generasi pertama (1.0) melalui Jerseypedia yang mengupas perbedaan dasar antara uniform, shirt, dan jersey, kami lantas mengembangkannya menjadi lebih spesifik pada pemikiran generasi kedua (2.0) melalui Jersey4Life yang mengklasifikasikan 4 aspek dasar sesuai perkembangannya yang terkadung dalam sebuah jersey. Baca juga artikel: Semboyan dan Ideologi. Yang termutakhir dan layak dicermati, kemarin disampaikan oleh rekan Zainul Musthofa, kami menelurkan ide generasi ketiga (3.0). Dimana pada dasarnya dinamika bidang koleksi ini tidak hanya sebatas material, namun melampaui material. Jersey dan memorabilia kini tidak hanya dianggap sebagai sekadar instrumen atau alat, namun telah menyentuh sisi spiritual para pecintanya. Dijelaskan oleh Cak Zainul, terbukti dari selembar jersey koleksi mampu mengoneksikan antara satu pecinta ke pecinta lainnya secara emosional, bahkan tak jarang bermula dari koleksi dapat tercipta hubungan kekerabatan, kekeluargaan hingga menjadi komunitas yang bertumbuh kembang melampaui fungsi dan hakikat awalnya.

Esensi yang gradual, dari sekadar instrumen tim, berkembang menjadi sarana silaturahmi di kalangan pegiatnya. Keindahan ini tentu terjaga dalam sebuah kerangka utama, yakni sejarah. Nilai sentimentil sebuah memorabilia dianggap, atau terbukti begitu kuatnya merasuki para pecintanya. Nilai-nilai inilah yang kemarin begitu lekat terasa dalam Suroboyo 2nd Jersey Gathering 2016. Bagian terbaik belum usai dulur! Para bintang tamu yang dijanjikanpun memenuhi "panggilan tugas" kami untuk hadir dan menjadi narasumber. Trio legenda persepakbolaan Surabaya: Bejo Sugiantoro, Anang Ma'ruf, dan Mat Halil turut merapat. Tak perlu dipertanyakan lagi kebanggaan apa saja yang telah dipersembahkan ketiganya oleh seluruh insan pecinta sepak bola di Surabaya maupun Nasional. "Apa kabar Cak Bejo, Cak Anang, dan Cak Halil?! Apa saja kegiatannya akhir-akhir ini?" Cak Zainul membuka sesi akhir. "Kami semua sekarang bekerja di Dispora dan tetap berkecimpung di sepak bola, ada yang melatih, bahkan Mat Halil masih aktif bermain" Cak Bejo mewakili.

Trio legenda sepak bola Surabaya.
Sesi dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan menarik, seru dan disambung dengan jawaban-jawaban jenaka para narasumber yang seringkali disambut dengan gelak tawa para peserta gathering. Ketiga narasumber bergantian memberikan opini mulai dari jersey apa yang masih dimiliki oleh mereka bertiga, hingga kondisi persepakbolaan Indonesia, dan bagaimana kualitas pemain muda Surabaya sekarang. "Saya masih pegang 3 jersey yang saya jaga betul-betul, satu jersey timnas ketika pertama kali saya bergabung di Sea Games, dan 2 jersey ketika saya membawa Persebaya juara Ligina 1997 dan 2004. Bukan saya tidak mau menghibahkan ke kawan-kawan, namun jersey-jersey itu sebagai kenangan dan bukti kepada keluarga dan anak-anak saya, bahwa saya pernah menjadi bagian penting dari nama besar Persebaya Surabaya dan Tim Nasional. Itu simbol kebanggan saya sebagai Arek Suroboyo" lanjut kapten Persebaya Surabaya ketika menjuarai Ligina 2004 tersebut. Dilanjutkan dengan pertanyaan apakah ketiganya pernah punya pengalaman dikerubungi penonton setelah pertandingan untuk meminta jersey mereka. "Pernah satu kali ketika final 2004 leg pertama di SUGBK, jangankan sudah selesai pertandingan, sebelum usai penonton sudah masuk lapangan untuk minta jersey saya, apesnya saya berada di sisi lapangan yang jauh dari pintu ruang ganti, dan yang ngerubung saya sak-kampung mas, mau lari secepat apapun ya gak bisa, jadi saya pasrah aja mas" kenang Cak Anang Ma'ruf disambung dengan tawa dan tepuk tangan peserta.

Para Legenda bersama jersey kebesarannya.

Anang Ma'ruf dan Bejo Sugiantoro.
Ketika ditanya panjang lebar mengenai kualitas pemain muda, ketiganya dengan kompak mengamini bahwa pemain muda kini memiliki skill dan pemahaman teknis yang baik, namun sayangnya tidak diimbangi dengan kemauan yang keras untuk perkembangan permainannya dan juga lemah dalam organisasi tim. Itulah yang menurut ketiganya seringkali dijumpai pemain muda yang akhirnya gagal berkembang meskipun berada pada usia keemasan. "Semuanya serba instan, skill bagus tapi tidak keras berlatih. Untuk menjadi pemain besar dibutuhkan kesiapan dan kematangan mental, fisik, dan teknik. Yang kesemuanya itu didapatkan dari kerasnya berlatih dan tempaan di kompetisi sesungguhnya" Cak Bejo menjabarkan yang lantas diamini oleh juniornya ketika di Persebaya Surabaya, Mat Halil. "Sekarang pemain-pemain muda harus diobrak dulu baru mau latihan. Saya ingat jaman saya kecil untuk beli sepatu saja susah. Ayah saya bilang kalau mau dapat sepatu ya harus banyak berlari dan rajin latihan. Itu yang tertanam di benak saya hingga kini saya disiplin berlatih dan berlatih" Imbuh Cak Halil. Seluruh narasumber-pun kini masih berdedikasi di kegiatan persepakbolaan dan berusaha menularkan spirit dan pengalaman mereka kepada para pemain muda binaannya. Hal ini diakui mereka sebagai bentuk kecintaan terhadap sepak bola, khususnya sebagai bentuk sumbangsih mereka terhadap Surabaya. Kita doakan bersama lur, apa yang menjadi cita-cita luhur para legenda ini dapat terwujud dan mengembalikan era kejayaan sepak bola Surabaya yang dapat dibanggakan oleh masyarakatnya.

Para peserta gathering berfoto bersama para legenda.

Mat Halil saat sesi meet and greet.
Tak cukup rasanya menggambarkan bagaimana keseruan Suroboyo 2nd Jersey Gathering 2016 kemarin. Acara diakhiri dengan sesi meet and greet bersama para legenda, dimana para peserta dipersilahkan meminta tanda tangan dan berfoto bersama. Lebih lengkap lagi karena ada seorang legenda Persebaya Surabaya yang menyusul bergabung, om Reinold "Koko" Pieters. Sebagai penutupan, ritual wajib yakni berfoto bersama seluruh peserta dilakukan, dan gathering di penghujung 2016 kami-pun resmi berakhir. Sampai jumpa di kegiatan Surabaya Jersey Community selanjutnya. Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh peserta dan undangan yang menyempatkan diri untuk hadir dan tak ketinggalan pula terima kasih sebesar-besarnya terhadap para pihak sponsor dan rekanan media dan komunitas yang turut mendukung terselenggaranya event ini. Tetap update berita-berita kami di laman Facebook Surabaya Jersey Community maupun via Instagram @sjcsurabaya. #WaniMetu -bjw/sjc-

Monday, November 28, 2016

Berkorespon-jersey Bersama Bima Sakti

Solo, Jawa Tengah. Catatan seru seorang kawan SJC, cak Adit Sylvandinata yang beberapa waktu lalu sempat bercengerama dengan seorang legenda sepak bola Tanah Air yang kini merumput bersama Persiba Balikpapan, Bima Sakti. Sebagai seorang asli kelahiran Balikpapan (namun kini berdomisili di Yogyakarta untuk menempuh pendidikan pasca-sarjana), ia tentu tak ingin melewatkan kesempatan jumpa idola yang membela tim kampung halamannya tersebut. Tepat momen ketika Persiba Balikpapan bertandang ke markas Persija (yang sementara ini bertempat di Solo), cak Adit sudah bikin janji eksklusif berjumpa bang Bima, sekaligus menjemput oleh-oleh super keren berupa dua buah jersey match worn Persiba Balikpapan milik Bima Sakti bernomor punggung 11, lengkap dengan pembubuhan tanda tangan yang diberikan langsung kepadanya. Diawali dengan beberapa kali perjumpaan di Masjid kisaran kediamannya di Balikpapan ketika ia mudik, dilanjutkan dengan saling berkontak via ponsel, singkat cerita ia menjumpai bang Bima di salah satu hotel di Solo, tempat punggawa Persiba Balikpapan menginap. Perbincangan hangat dan tanpa sekatpun tersaji. Berikut petikan singkatnya:

AS: Bang Bima, bagaimana kegiatan persepakbolaannya akhir-akhir ini?
BS: Tetap bersemangat, seperti sewaktu muda, hahaha...! Persiba melakukan progres bagus dalam pembangunan tim maupun infrastruktur.

AS: Bang Bima kan dikenal sebagai sosok legenda bola Tanah Air, dan sudah begitu malang melintang di dalamnya, dan bisa dibilang sudah sangat senior, bagaimana bang Bima bisa mempertahankan form semacam ini hingga sekarang masih aktif bermain?
BS: Saya sebetulnya sudah merencanakan pensiun di musim ini. Namun ada beberapa hal yang menyebabkan saya menunda itu. Salah satunya adalah untuk menyemangati putra-putra asli Balikpapan agar memiliki kebanggan. Bahwa saya asli kelahiran Balikpapan dan mampu bermain di Timnas, dan tetap mampu bermain hingga sekarang apabila kita memiliki semangat yang sungguh-sungguh. Semoga keputusan menunda ini (rencana pensiun) dapat menginspirasi kawan-kawan muda di Balikpapan, maupun Indonesia umumnya. Yang jelas saya masih mencintai permainan ini, dan sekarang jabatan saya di Persiba ialah sebagai pemain sekaligus asisten kepelatihan. Tentu saya akan memantapkan diri untuk mengabdi di persepakbolaan Nasional, Balikpapan terkhusus dan saya berencana untuk pensiun di tim ini.

AS: Lalu langkah apa saja yang bang Bima lakukan untuk pengembangan talenta lokal?
BS: Kini saya memiliki proyek jangka panjang, dan saya bersama beberapa rekan telah mendirikan sekolah sepak bola Tiga Naga di Pekanbaru, daerah asal istri saya. Tujuannya jelas untuk meningkatkan potensi pemain muda di sana. Dan Alhamdulillah sekarang kami telah memiliki lapangan sendiri yang dilengkapi dengan penerangan. Bahkan beberapa waktu yang lalu lapangan tersebut sempat digunakan untuk berbagai kompetisi termasuk turnamen U-13 se-Indonesia. Bagi saya pengembangan talenta harus dilakukan secara merata, di seluruh Indonesia.

AS: Sebelumnya terima kasih banyak bang atas pemberian jersey milik bang Bima ini, luar biasa!
BS: Sama-sama, saya senang berbagi mengenai sepak bola, terutama dengan sesama putra daerah, sesama Jamaah pula.

AS: Kendala apa sih yang dialami dalam usaha kemajuan sepak bola di Balikpapan?
BS: Beda dengan Jawa mas, hehehe...! Di sana supporter sudah mulai malu kalau masuk secara gratis atau bobol dan manjat stadion. Itulah mentalitas yang harus terus diperjuangkan. Dimana supporter sangat amat penting bagi kemajuan sebuah tim. Selain itu perkembangan kota yang begitu hiruk-pikuk terhadap perindustrian tak lantas sejalan dengan perkembangan olahraganya. Kita punya potensi, kita punya sumber daya, kita punya modal bagus untuk kemajuan. Tapi yang terpenting tetap kemauan. Bagaimana pemerintah dan insan sepakbola daerah bisa sejalan dalam mencapai prestasi. Tapi sekarang perjuangan sudah mulai konkrit, terutama dengan dibangunnya stadion homebase Persiba Balikpapan bertaraf Internasional, yang sekarang sudah 75% rampung. Mohon doa dan dukungannya, InsyaAllah kita akan bisa berprestasi kedepannya.

AS: Ini yang seru sekarang bang, apakah bang Bima punya koleksi jersey?
BS: Iya saya punya beberapa, dan beberapa diantaranya sudah saya hibahkan ke keluarga, kawan, maupun pecinta bola seperti mas Adit ini.

Kolase foto ketika Bima Sakti bertukar jersey dengan Polo Maldini.

AS: Ada yang paling berkesan bang?
BS: Kebanyakan koleksi saya dapatkan setelah pertandingan, dengan bertukar  jersey dengan pemain lain. Namun tentu yang paling berkesan bagi saya ialah jersey Paolo Maldini, ketika saya melakukan pertandingan persahabatan melawan Milan Glory, itu luar biasa rasanya.

AS: Terima kasih banyak atas waktunya bang Bima, dapat salam juga dari kawan-kawan Surabaya Jersey Community di Surabaya. Semoga sukses dalam karir dan perjuangan memajukan persepakbolaan Balikpapan khususnya dan Indonesia pada umumnya.
BS: Sama-sama mas Adit, sukses juga buat mas Adit dan salam juga bagi rekan-rekan di Surabaya!


Terima kasih terkhusus kepada kawan SJC, Aditya Sylvandinata, yang setelah beberapa waktu lalu sempat ngeluruk mess Persiba Bantul untuk 'berkorespon-jersey' denga Aulia Ardli, dan kini menyampaikan salam #WaniMetu kami sekaligus diijinkan 'ngintip' keseruan perbincangannya dengan seorang legenda sepak bola Indonesia, Bima Sakti. Selamat juga telah mendapat hibahan jimat maut dari empunya jersey langsung! :) -bjw/sjc-